Every single story is begin with R

Sunday, 30 May 2010

Another Story Tale..

yep, this is it....
another short story from me..
enjoy it..^u^

29 februari

Sebuah mimpi

Entah bagaimana caranya aku bisa sampai disini, di tempat gelap yang hanya di terangi cahaya lilin-lilin kecil dan hanya diisi dengan satu buah meja dan 2 buah kursi yang berhadap-hadapan. Suasana temaram dan tenang tergambar jelas di tempat ini. Tiba-tiba keluar seorang wanita cantik dari pintu di belakangku. Dengan pakaian ala bohemian panjang yang menutupi seluruh tubuhnya, dan dengan selendang merah maroon yang menghias rambutnya panjang bergelombangnya, ia terlihat seperti sosok-sosok peramal gypsy yang sering kulihat di film-film. Ia kemudian duduk di kursi yang terletak di hadapanku.

“hem, Moran, lahir tanggal 29 februari, menarik” kata wanita di hadapanku tiba-tiba sambil tersenyum kecil.

“iya, benar, darimana kau tahu tentang itu? Padahal aku belum pernah mengenalmu sebelumnya” jawabku takut-takut

“itu tidak penting. Akan ada sesuatu yang menarik, terjadi di hari ulang tahunmu besok” kata wanita itu sambil menatapku dalam

“oh ya, apa itu?” tanyaku mulai berani

“kau akan melihatnya nanti, Moran. Ingat satu hal, waktu tak akan terulang untuk ke dua kalinya ” kata wanita itu sambil tersenyum dan kemudian perlahan meninggalkan aku di ruangan itu sendiri.

Dalam hati aku bertanya-tanya, apakah sesuatu menarik yang dimaksud wanita, yang mungkin benar peramal itu , dan satu pertanyaanku, darimana dia tahu namaku?

Satu awal bahagia

Dering weker nyaringku memecah kedamaian dan keheningan di dalam kamar kecilku ini. Membangunkanku dari tidur lelapku dan mengangkatku dari alam mimpi. ”Tepat jam 12, tanggal 29 februari, tahun 2008, happy birthday Moran” ucapku sambil tersenyum kecil memandang weker kuningku. Setelah mematikan weker cempreng itu, aku kembali merebahkan diri di kasur empuk kesayanganku ini, aku mengarahkan pandanganku ke langit-langit kamar, ”29 februari, hari baru di umur 16 tahun non resmi ini” ucapku dalam hati. Ya, hari ini adalah hari ulang tahunku, hari ulang tahun yang hanya terjadi 4 tahun sekali. Menurut tahun kabisat, hari ini seharusnya aku baru menginjak umur 4 tahun, usia untuk balita, tapi untukku, 16 tahun adalah umurku yang baru, tidak peduli resmi atau tidak. ”Aku sudah tiba di ambang kedewasaan” ucapku bangga. Aku menutup kembali mataku, suasana tenang, dan suara tetesan air hujan rintik-rintik yang mulai turun di luar sana, ikut mendorongku untuk masuk kembali dalam alam mimpiku. Baru beberapa detik memejamkan mata, indra pendengaranku memaksaku untuk kembali membuka mata, terdengar suara-suara pelan di balik pintu kamarku, aku menajamkan pendengaran, berusaha menangkap suara-suara di balik pintu itu. Tiba-tiba pintu kamarku terbuka dan secara bersamaan nyanyian selamat ulang tahun terdengar di telingaku. Wow, satu kejutan sudah datang dari ibu dan adikku, Lila, beserta sahabat-sahabatku, yang menyusul dibelakang, sebuah kue bertancapkan sebatang lilin menyala, ikut menyertai kedatangan mereka. Kunobatkan moment ini menjadi awal hari bahagiaku.

1 kejahilan di siang hari

”Pyarrr!! ”, ”sukurin, hahahaha!!”, ”ayo,cepetan lemparin Moran lagi!!”, ”cepetan cui!!”

”byurrr!! Ceplok!! Yes kena!!” ”Hahahaha, ih Moran bau ih, jauh-jauh dari Moran yok teman-teman!!”

Backsound teriakan jahil teman-temanku menjadi lagu pengantar ”kehancuranku”. Aku hanya terdiam menerima semuanya. Menunggu waktu yang tepat untuk membalas mereka.

”iiiih, Moran jorok banget sih mainannya”, ”tau nih Moran, mending tepung telor susu sama gulanya buat bikin kue ultah aja deh daripada di lumurin ke bdan lo, jijik ih gue!!!”

Sedetik, dua detik, tiga detik...kesabaranku sudah habis .

Kulihat teman-temanku sibuk menyiapkan ramuan-ramuan aneh lainnya. Inilah waktuku.

Dengan keadaan ”hancur lebur”, penuh dengan bau busuk, akibat ulah mereka, aku mendekati teman-teman baikku atau mungkin bisa disebut musuh untuk hari ini.

”hiiii, awas ada Moran!!”, ”kabur!!”, ”ayo teman-teman, kita berlindung”

Sial mereka sadar.

Semua berlari menjauh. Hanya 2 orang yang terpojok kehadiranku. Dia adalah Empin dan Oca, sahabat sekaligus musuhku untuk hari ini.

”puas ya Pin, Ca, puaasss!!” tanyaku sambil mendekapnya

”huwaaaaa, Moran ampun, gue kan nggak ikut-ikutan nyiram elo, huwek.. eneg gue nyium bau lo” kata Oca meronta

”tau Ran, gue juga nggak ikut-ikutan kaliiii, lepasin gue dong, tu anak-anak yang lain tuh yang parah, lagian kita ngelakuin ini kan karena peduli sama lo Ran, bner deh!!”,kata Empin membela diri di sela-sela tawanya.

”huuuuuuuuu, Empin ngasal Ran”,teriak para teman-temanku dari persembunyian mereka.

”halah munafik semua dasar, liat aja, semua bakal gue peluk nanti, hahaha!!!”,ucapku percaya diri. And its true, how lucky me, keinginanku terkabul. Siang itu ditutup dengan keberhasilanku memeluk semua orang yang menghancurkanku. Dari Meidy, Jona, Kaisa, Lika, Emy, sampai Vino dapat pelukan mautku. Aku tidak tahu apakah ini bagian dari keberuntungan tanggal 29 februari untukku? Yah, anggap saja itu keberuntungan kecil dari Tuhan untuk hadiah ulang tahunku.

Datangnya cinta baru

Kejutan tidak berhenti di situ. Satu lagi kejutan datang darinya. Raka Fernandez Suryagunawan. Itulah nama mahluk indah yang sekarang duduk di sampingku. Di tengah-tengah taman teduh di belakang komplek rumahku. Buket mawar merah cerah, hadiah darinya untukku, telah berada di genggaman tanganku. Aku sedikit kembali ke masa lalu, Raka Fernandez Suryagunawan, dia adalah cowok yang sudah mengisi hari-hariku sejak aku masih duduk di bangku SD dulu. Dulu tak ada perasaan lebih untuknya. Sampai kusadari perasaanku berubah padanya memasuki kelas 7 SMP. Dialah cinta pertamaku. Entah apa yang aku lihat darinya, sehingga aku masih menyukainya sampai saat ini.

”Moran” kata Raka seraya menyentuh lembut tanganku.

Sentuhan kilat itu, membuatku tersadar dari lamunanku.

”ya, Ka?” jawabku kemudian.

”lo tau kan, kita udah temenan sejak SD dulu?”

”ya gue tau” ucapku perlahan, ”dan lo nggak tau apa yang selama ini gue rasain ke elo ”tambahku dalam hati.

”gue baru sadar selama ini lo itu selalu ada buat gue, Ran, pas gue butuh temen curhat, gue butuh saran, butuh temen seru-seruan, lo ada. Apalagi sejak gue putus dari Gabby, lo yang ada buat nemenin gue. Makasih Ran, buat gue itu berarti banget”

Aku tersipu mendengar ucapannya. Tanpa sadar, pikiranku kembali lagi ke masa lalu, tepatnya saat aku duduk di kelas 7 SMP, masa-masa di mana aku merasakan sakit hati untuk pertama kalinya. Itu terjadi saat Raka jadian dengan Anantya Gabby Prasetya. Benar-benar pengalaman yang menyakitkan untukku.

”Ran, lo dengerin gue kan?” kata Raka membuyarkan lamunanku.

”he? eh, ehm iya kok gue dengerin elo, ya nggak pa-palah Ka, kan kita temenan, udah sewajibnya gue nemenin lo saat lo lagi sedih. Itu kan gunanya teman” jawabku dengan senyum merekah di bibirku.

Hening sesaat. Aku menatap Raka sesaat, menunggu kata-kata dari bibirnya.

”Ran, gue boleh bilang sesuatu?” kata Raka membuka pembicaraan.

”ya bolehlah Ka, mau bilang apa?” tanyaku balik.

”gue baru sadar kalau selama ini gue sayang sama lo, cuma lo cewek yang selalu di pikiran gue, ini kali pertama gue suka sama cewek sampe segininya, lama gue nahan perasaan ini, tapi sekarang udah nggak bisa. Ran, lo mau nggak jadi cewek gue?” ucap Raka lancar. Tapi dari nada suaranya aku tahu dia sedang tidak main-main.

Aku hanya terdiam. Ada sensasi-sensasi aneh yang muncul di dalam hatiku. Perasaan yang jarang sekali ku alami. Aku tersenyum kecil dan menikmati moment ini. Aku tahu benar apa jawabanku padanya. Aku menatap dalam mata Raka dalam-dalam. Di matanya ada sinar kegelisahan, seakan memaksaku untuk segera memberikan jawaban.

”gue nggak bisa....” ucapku tertahan.

Raka terdiam. Aku menangkap sinyal kekecewaan di dalam dirinya.

”oke, nggak pa-pa, gue ngerti kok” kata Raka kemudian seraya menundukkan wajahnya. Aku menahan tawa melihatnya.

”gue belum selesai Ka, gue emang nggak bisa...,” kataku tersenyum simpul.

”lo udah bilang gitu kok tadi, gue juga ngerti” kata Raka pelan

”gue emang nggak bisa ka, nggak bisa nolak lo, gue juga suka sama lo selama ini, gue sayang sama lo” ucapku blak-blakan.

Raka mendongakkan wajahnya. Senyum cerah hinggap di wajahnya. Tanpa berkata-kata dia memelukku. Hem, nyaman. Tapi, sedetik kemudian dia melepaskan pelukannya.

”lo bau, gue nggak mau deket-deket lo ah, hahahaha!”

”ugh, dasar jelek” kataku cemberut. Dalam hati aku meruntuki ulah konyol teman-temanku yang melempariku adonan busuk tadi siang. Gara-gara itu, aku kehilangan moment special ini ”huh, awas mereka!”.

Habis terang terbitlah gelap

Aku pulang dengan perasaan senang luar biasa, buket mawar hadiah Raka di tanganku, ku genggam erat-erat. Mengingat namanya, kembali terulang kejadian sore ini. Begitu sempurna kejadian-kejadian hari ini. Berulang kali aku mengucap terimakasih pada Tuhan, karena telah memberiku hari ulang tahun yang begitu indah ini untukku. Tiba-tiba handphoneku berbunyi membuyarkanku dari lamunan indahku.

Nama Vino tertera di layar handphoneku.

”ya Vin, ada apa?” tanyaku sesudah terhubung dengannya.

”Ran, gue baru dapet kabar..,tentang Raka” kata Vino tertahan, dapat kutangkap dari suaranya, ada sesuatu yang tidak beres.

”Raka kenapa?” kataku di liputi rasa cemas.

”Raka kecelakaan motor Ran, tadi sore, keadaanya parah, dia udah di bawa ke rumah sakit, tapi semua terlambat, dia nggak tertolong, Raka meninggal, besok pagi pemakamannya ” kata Vino di seberang sana.

Aku hanya terdiam. Air mata mulai memenuhi pelupuk mataku dan memaksa untuk keluar.

Tadi sore!!! Tadi sore dia baru menyatakan cinta padaku, tadi sore dia baru memelukku.

”ini nggak mungkin!!!” jeritku dalam hati.

” Ran, halo, lo masih di sana kan, halo” ucap Vino berusaha menyadarkanku.

Seketika aku merasa lemas, tak ku pedulikan panggilan Vino di seberang sana, tanpa sadar aku terjatuh di tanah, dan menutup mata, berusaha melupakan semua.

1 harapan dalam 1 doa

Tuhan, Moran tau Tuhan selalu memberikan sesuatu yang baik buat Moran, segala sesuatu yang terjadi, pasti juga udah Tuhan rencanakan masak-masak sebelum Tuhan berikan pada Moran dan pasti ada sesuatu yang baik dibalik semua kejadian itu, tapi tolong Tuhan, tolong bantu Moran untuk melupakan semua yang terjadi hari ini. Moran pengen kejadian hari ini nggak pernah terjadi”

Awal baru

Dering weker membangunkanku. Dengan seketika aku terbangun, dan mematikan weker sial itu. Sedetik kemudian kurasakan setetes air mata jatuh membasahi pipiku. Ya, hari ini adalah acara pemakaman Raka. Raka sudah pergi untuk selama-lamanya. Dan ini semua gara-gara aku. Coba dia tidak datang untuk menemuiku sore itu, pasti nggak akan begini kejadiannya. ”Ini semua emang salah gue, Raka pergi gara-gara gue, kenapa sih Tuhan? Kenapa harus sekarang? ” ujarku berbisik disertai tangis yang mulai deras.

Tiba-tiba, terdengar suara-suara orang berisik di balik pintu kamarku, aku menghapus airmataku, kemudian kutajamkan indra pendengaranku. Tiba-tiba pintu terbuka dan lagu selamat ulang tahun terdengar di telingaku, suara itu adalah suara ibu serta adikku, Lila serta sahabat-sahabatku. Aku hanya tercengang melihatnya. Dengan gerakan cepat, aku melihat ke arah meja di samping tempat tidurku. Wekerku menunjukkan pukul 00.00, dan di kalender digitalku tertera tanggal 29 februari 2008. Aku membeku melihatnya. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Ulang tahunku kemarin, dan ini sudah pernah terjadi sebelumnya. Semuanya tercetak persis seperti ini.

”Bu, ulang tahun aku kan kemarin bu” tanyaku penuh heran

”hah, maksud kamu apa? Sejak kapan kamu lahir tanggal 28 februari Ran?” tanya ibu keheranan.

”tau nih Moran, lo kan ultahnya keramat, jarang-jarang gitu loh, Cuma 4 tahun sekali, apa jangan-jangan lo emang lupa ya sama ulang tahun sendiri?” tanya Empin salah satu sahabatku yang ada di sana.

”tapi, lo kan kemaren ikut nyiram gue kan? Ya kan Pin? Kemaren pas gue ultah” tanyaku padanya.

”hah? kapan? kalo hari ini sih emang ada rencana, kok lo tau sih, bisa batal deh” kata Empin dengan raut muka bercampur-campur.

”nggak, ini nggak bener, sebenernya ada apa sih?” tanyaku dalam hati.

”lo kenapa sih Ran? Lagi sakit ya?” tanya Vino menyusul.

”Vin, lo kok ada di sini, bukannya lo harusnya ikut ngurusin pemakaman Raka ya?” tanyaku mulai histeris.

”Hah!! pemakaman Raka? ngasal aja lo Ran? Raka belom meninggal kali” kata Vino kaget.

”nggak, ini bener, lo sendiri yang kemaren ngasih tau gue, lo nelpon gue bilang klo Raka kecelakaan dan nggak tertolong, ya kan Vin, lo inget kan?”. tanyaku mulai seperti orang gila.

”ooh..gue tau, lo mikirin Raka mulu sih Ran jadi suka berhalusinasi gini, udah ah bercanda mulu lo, udah tua juga, nggak sadar diri, hahaha” Emy yang juga ada di situ menimpali.

”wah, jadi anak ibu udah mulai pacar-pacaran ya, bagus” Ibu menimpali ucapan Emy

”ya udah, nanti aja perdebatan Ibu dan anaknya sekarang kita tiup lilin aja dulu oke, potong kuenya besok aja” kata Lila seraya menguap

”iya, bener” kata Vino.

Aku terpaksa meniup lilin ulang tahun itu. Setelah mereka semua keluar, kembali aku termenung di dalam kamarku, mencerna semua kejadian ini. Lalu tiba-tiba aku tersentak, seakan baru mendapat pencerahan, mendadak aku tahu apa arti keanehan-keanehan ini. Tuhan pasti sengaja mengembalikanku ke hari ini. Tuhan pasti mau aku memperbaiki semuanya dan itu udah di tunjukkin lewat mimpi yang waktu itu aku alami . Tuhan pasti mau aku mencegah kematian Raka, supaya aku dapat bertemu lagi dengan Raka dan memulai semua dari awal. Kini aku tahu apa yang harus kulakukan. Dalam hati aku bersyukur tak terkira pada Tuhan atas satu hari yang Dia berikan untuk mengubah satu hal untuk selamanya. Dengan gerakan cepat aku mengambil handphoneku, mencari nama Raka dalam contactku dan langsung menelponnya.

” halo Moran” ucap suara khas yang sangat kusukai di seberang sana.

Deg..


No comments:

Post a Comment